Polusi di Tempat Kerja Berkaitan Dengan Resiko Asma Pada Anak

New York (ANTARA/Reuters Health) - Terpajannya seorang ibu pada polusi udara diduga meningkatkan kemungkinan anaknya yang belum lahir akan terserang asma, demikian hasil satu studi baru.
Di dalam kajian oleh ilmuwan Denmark atas data pendaftaran 45.658 anak yang berusia tujuh tahun ibu mereka, 18,6 persen anak dari ibu yang terpajan pada partikel molekul-ringan dan zat penyebab iritasi di tempat kerja selama kehamilan terserang asma, sementara 16,1 persen anak yang terserang asma yang disebabkan oleh bahan polusi umum.
"Hasil seperti ini mesti selalu diterjemahkan dengan hati-hati sebab mungkin saja ini semua disebabkan oleh faktor gaya hidup mengejutkan yang tak mudah disesuaikan," kata Dr. Klaus Bonnelykke, yang tak terlibat dalam penelitian tersebut, kepada Reuters Health melalui "surel" (surat elektronik).
"Namun", Bonnelykke dari Danish Pediatric Asthma Center menambahkan, "ada bukti yang bertambah bahwa masa prakelahiran mungkin adalah masa kritis yang mempengaruhi risiko si jabang bayi bagi perkembangan asma dan penyakit (alergi) lain nantinya".
Studi itu, oleh para peneliti dari School of Public Health di Denmark, disajikan pada 26 September di kongres tahunan European Respiratory Society di Amsterdam, Belanda, demikian laporan Reuters Health --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Jumat.
Untuk studi tersebut, Dr. Berit Christensen dan rekannya menggunakan nama pekerjaan ibu untuk memperkirakan terpajannya mereka terhadap polusi di tempat kerja, dengan kategori partikel molekul rendah atau tinggi, campuran, petani, pelajar dan "kelompok yang tak dikategorikan", serta satu kelompok rujukan pekerja kantor buat perbandingan.
Setelah menyesuaikan usia, indeks massa tubuh, alergi dan kepekaan, merokok, pengobatan dan hewan peliharaan, ada risiko yang sedikit lebih tinggi --sebanyak 11 persen-- bagi asma pada anak ketika ibu mereka, yang hamil, terpajan pada partikel molekul ringan dan tinggi.
Para peneliti itu mendapat tak ada kaitan asma dengan kelompok lain yang terpajan.
"Ini adalah studi berskala luas pertama yang telah memperlihatkan kaitan antara terpajannya ibu selama bekerja dan asma pada anak," kata Dr. Christensen di dalam satu pernyataan.
"Meskipun satu kaitan telah ditemukan, hasil kami pada tahap ini masih sederhana dan dan penelitian lebih lanjut diperlukan mengenai bahan kimia tertentu serta zat lain untuk memastikan orang yang paling beresiko.

Seledri Bantu Otak Anda

Kita pasti setuju jika semakin bertambahnya usia, maka daya memori seseorang akan semakin menurun. Kini, agar Anda bisa tetap meningkatkan ketajaman otak, konsumsilah seledri yang biasanya digunakan sebagai penyedap atau hiasan hidangan.


Sebuah penelitian menunjukkan bahwa senyawa luteolin yang ditemukan pada sayuran tersebut efektif memperlambat penurunan kognitif pada tikus tua. Dalam penelitian itu, tikus yang diberi makanan yang diperkaya luteolin, ternyata memiliki otak yang berfungsi sama dengan tikus-tikus yang lebih muda.

Luteolin, mirip dengan quercetin, adalah sebuah flavonoid, yang bisa melawan proses penuaan pada semua sel tubuh kita, dan berhubungan dengan rendahnya risiko kanker dan penyakit jantung. Di otak, flavonoid melindungi sel dari proses penuaan dengan mengurangi peradangan.

Luteolin juga ditemukan pada kebanyakan daun-daunan lainnya, seperti peterseli, daun teh chamomile, rosemary, oregano atau yang terkenal dengan nama olive oil, wortel dan peppermint.

Sayuran yang tumbuh di dataran rendah dan tinggi ini ternyata juga mampu melawan sel kanker, karena adanya kandungan apigenin. Mengonsumsi jus seledri juga efektif meredakan sakit kepala atau migrain.

Tips Jitu Sembuhkan Sakit Hati

Hal buruk terjadi dalam hidup dan pastinya dalam cinta. Rasa sakit merupakan sebuah sinyal dan memberitahu kita kalau ada yang harus diperbaiki serta diperhatikan. Tanpa rasa sakit, bagaimana kita tahu kalau tubuh perawatan? Misalnya sakit perut, rasa sakit merupakan cara tubuh memberitahu untuk menjaga makanan yang masuk serta makan dengan teratur atau ada yang salah dengan perut kita (obviously).

Sakit secara emosional juga sama, merupakan cara tubuh memberitahu kalau kita perlu pertolongan. Saat hati kita sakit, dan mempengaruhi keseluruhan hidup kita, artinya waktunya untuk mengobati rasa sakit tersebut. Rasa sakit juga menjadi panduan seperti kompas. Memberitahu bagian mana yang nggak sehat atau merasakan hal yang nggak benar. Yang penting adalah harus jeli mendengarkan “teriakan” atau peringatan yang diberikan tubuh.

Sebagai “korban”, kita sering nggak mendengarkan rasa sakit. Tapi kalau kita berperan sebagai pihak yang bertahan atau survivor, kurang lebih kita seperti membuka diri terhadap rasa sakit tersebut. Kita belajar dari rasa sakit tersebut dan berkembang, serta bertahan.

Melawan rasa sakit membuat kita nggak bisa menerimanya sebagai berkah. Memang bungkusannya nggak menyenangkan, tapi kalau kita beranikan diri untuk membuka bungkusan tersebut, kita bisa mendapatkan ketenangan, pengetahuan lebih akan diri sendiri yang bisa membuat kita lebih tenang dan percaya diri untuk menghadapi apa yang terjadi di masa depan.

Hanya dengan membuka diri pada berbagai emosi, kita bisa mengerti siapa diri kita, kenapa rasa sakit ini bisa muncul dan apa yang kita perlukan untuk membebaskan diri dari rasa sakit tersebut. Caranya dimulai dengan mengamini bahwa ada sisi positif dari setiap kejadian negatif yang terjadi pada kita.

Menjadi survivor memang nggak gampang dan memang lebih mudah untuk menjadi korban dan menangis meratapi nasib. Tapi kalau kamu pengen bangkit, mengatasi rasa sakit dan kesedihan banyak cara yang bisa kamu lakukan.

Coba pikirkan satu waktu dimana kamu merasakan sakit hati yang hebat. Bisa baru-baru saja atau kejadian yang sudah lama terjadi. Ingat-ingat reaksimu atas pengalaman tersebut, apa yang kamu lakukan untuk mengatasinya dan bagaimana hal itu membuat kamu lebih kuat. Waktu itu bisa, pastinya sekarang juga bisa, kan?

Cari tempat sepi yang bisa memberikan ketenangan untukmu dan sisihkan waktu untuk perasaanmu. Bawa tisu, jurnal, secangkir teh apa pun yang bisa bikin kamu lebih tenang. Tutup matamu dan “nikmati” rasa sakit yang ada. Tolak segala keinginan yang bisa mengalihkan pikiran. Terima kalau saat ini, memang waktumu untuk merasakan rasa sakit tersebut, sesakit apa pun itu.

Bagi apa yang kamu rasakan, pada sahabat, saudara, atau bahkan terapis. Sharing bisa menunjukkan kalau kamu nggak sendiri, walaupun kamu merasa sebagai orang yang paling sendiri di dunia. Berbagi juga bisa jadi salah satu cara untuk melepaskan rasa sakit yang ada.

Sisihkan waktu setiap hari untuk mengobati luka. Cari kesenangan yang bisa membuatmu kalau banyak hal baik ada di depan mata. Rutinitas juga penting. Jadi lakukan hal mudah yang sekaligus bisa mengobati dan menjadi rutinitas, seperti bersepeda, mendengarkan musik, mengurus tanaman atau yoga.

Faktanya, istilah waktu bisa menyembuhkan lupa itu bisa dibilang sebagai sebuah hal yang nggak nyata. Karena kalau memang bisa, nggak bakal ada yang namanya rasa sakit. Untuk lupa atau sembuh memang butuh waktu, tapi tanpa usaha kamu akan bangun pagi setiap hari merasakan sakit yang sama. Teori memang lebih mudah dibanding praktek. Tapi dengan percaya dan yakin, pasti kamu akan bisa melalui dan mengatasi segala rasa sakit yang menimpa.

Hentikan ASI Saat Usia 2 Tahun! Jika Tidak, Anak Jadi Manja

Air Susu Ibu (ASI) diakui sebagai sumber asupan gizi paling baik. Karena itu ASI sangat dianjurkan untuk dikonsumsi anak secara ekslusif. Sampai kapankah?

Dr Amran Harun SpA, Spesialis Anak, RS Graha Husada Lampung menjelaskan, ASI eksklusif diberikan pada bayi hingga umur enam bulan. Dalam artian selama enam bulan ini bayi tidak diberi makanan apa-apa kecuali ASI. Lalu setelah enam bulan boleh diberi susu formula. Dan frekuensi pemberian ASI sudah agak menurun.

Kemudian mencapai umur 1,5 tahun mulai diberikan makanan tambahan berupa bubur yang biasanya terbuat dari nasi yang dicampur sayur atau daging. Bisa ditambah dengan sari buah untuk kelengkapan gizi. Pemberian ASI sudah mulai jarang diberikan. Hanya 3-4 kali saja.

Saat anak sudah mencapai umur 2 tahun, ini lah saat masa penyapihan. Karena anak sudah harus diberikan makanan pokok. "Jika sampai umur 2 tahun belum juga disapih, maka bisa mempengaruhi psikologinya. Yaitu anak memiliki sifat manja," terangnya.

Gerakan Salat Lenturkan Saraf Tubuh

Kalau saja pesan salat bisa kita terapkan dalam pekerjaan dan aktivitas sehari-hari, tentu hasil kinerjanya akan optimal dan berkualitas. Dampak positif lain dari salat juga mendatangkan kesehatan.

Jika kita perhatikan dan rasakan dalam gerakan-gerakan salat, dari mulai takbir mengangkat kedua tangan, ruku, sujud, duduk dan gerakan lainnya, jaringan saraf tubuh akan tetap lentur dan rileks.


Dari banyak penelitian, sujud misalnya mampu membebaskan otak saraf dari kegelisahan, rasa resah dan tekanan kejiwaan. Kepasrahan yang dilakukan orang yang sujud membuat otak dan saraf menjadi tenang dan terasa kosong. Seorang yang salat telah berbagi keresahan dan kegelisahan hidupnya kepada Tuhannya sehingga akan terasa ringan.

Dengan ucapan dan gerakan salat kita dapat menyatukan antara hati pikiran dan gerak untuk mencapai khusyuk. Mengapa tahajud pada waktu malam sangat ditekankan? Karena dalam keheningan malam itu kita akan merasakan kedekatan dengan Tuhan.

Setiap gerakan salat adalah bahasa ritual, sejak dari mengangkat tangan, membungkukkan badan, sampai menundukkan kepala ke tanah. Semuanya itu, kalau saja dihayati dengan mendalam, jauh lebih ekspresif ketimbang ucapan seribu kata.

Ketika seorang muslim bersujud dengan khusyuk menundukkan kepala dan menempelkan dahinya ke tanah, maka rangkaian kata-kata tidak cukup untuk mengungkapkan perasaan hatinya ketika bersimpuh menghadap Tuhan.

Dengan demikian seseorang yang salat dengan tertib dan khusyuk akan mampu membuat dirinya dalam keyakinan tinggi untuk menjalani hidup serta kepasrahan tulus atas semua ketentuan Tuhan. Hidup akan tetap optimistis karena selalu dekat dengan Tuhan.